Tuesday, May 22, 2007

Profil Aktor : Danny Trejo

DANNY TREJO
Ikon Preman Layar Lebar yang Penuh Ilustrasi




Latino hunks pernah (atau masih?) menjadi barometer wajah pria ganteng di Indonesia. Beberapa kali kita dengar para gadis bermimpi untuk bisa menggaet sosok idolanya (Jaime Rojaaas, kutunggu dudamu!!!..), sementara para ibu membandingkan pacar anak-anaknya dengan para aktor telenovela (Yeee... elu masih sama si Yanto?! Cari yang kaya Fernando Colunga, napa?!).

Sayang beribu sayang, Danny Trejo (dibaca : treh-ho) tidak pernah menjadi aktor utama dalam satupun serial telenovela. Jika saja wajahnya sering menyambangi TV para ibu dan kru dapur di rumah-rumah Indonesia setiap pagi, niscaya akan terjadi penurunan angka yang substansial pada jumlah pemuda Indonesia yang saat ini masih berstatus jomblo.

Sosok pria berdarah Meksiko kelahiran 16 Mei 1944 ini amat mudah dikenali : badan kekar berhiaskan rajah kulit, muka yang garang bercarut-marut, dan kumis panjang a la Fu Manchu yang menambah seram karakternya. Penampilan fisiknya tersebut membuatnya menjadi langganan memerankan sosok penjahat atau tokoh keras pada film-film yang dimainkannya. Namun di luar semua itu, seorang Danny Trejo dikenal sebagai pribadi pekerja film yang memiliki tanggung-jawab tinggi, berdedikasi dan menjalani figur suami dan ayah yang baik bagi keluarganya.

Danny Trejo muda menghabiskan waktu dengan mengkonsumsi alkohol, narkoba, berkelahi di jalanan, atau melakukan tindakan petty crimes lainnya. Ia acap keluar masuk penjara karenanya. Saat berada di balik kungkungan lembaga inilah ia mulai menemukan kesukaan terhadap olahraga tinju. Kemampuannya yang terus diasah disaat senggang membuatnya menjadi seorang jagoan di atas ring yang disegani.

Seiring dengan bertambahnya usia, kedewasaan Danny Trejo membawanya ke lingkungan konseling untuk para pecandu narkoba. Ia sering memposisikan dirinya sebagai contoh yang buruk agar para pecandu terutama yang masih belia mendapatkan inspirasi darinya. Pada tahun 1985, ia menerima tawaran peran figuran dalam filem "Runaway Train". Seorang penulis kemudian mengenalinya sebagai raja ring tinju di lingkungan LP di wilayah Los Angeles. Iapun kemudian diminta melatih adegan laga untuk Eric Roberts ("Eric was scared of me", katanya) dalam filem tersebut.

Sejak itulah namanya mulai beredar dan terus direkomendasikan di kalangan perfileman, terutama jika dibutuhkan karakter antagonis yang secara stereotip diambil dari masyarakat minoritas. Beberapa filem yang turut dibintanginya juga merupakan pengisi box-office, al. "Heat", "Con Air", dan "Desperado". Nama-nama besar di kalangan Hollywood mulai dari Voight, De Niro, Pacino, Kilmer, Cage, Banderas, sampai Tarantino dan Rodriguez adalah para pesohor yang pernah bekerjasama dengannya. Dua nama terakhir bahkan tengah membesut sebuah filem berjudul "Machete" yang merupakan spin-off dari karakter yang dimainkannya dalam filem fantasi kanak-kanak "Spy Kids".

Peran-peran yang diterimanya kebanyakan berkutat di film-film bergenre laga atau horor. Situs IMDb mencatatkan sekurangnya 140 buah filem yang pernah dan sedang digarap dimana ia turut dilibatkan. Peran favorit yang pernah dimainkan menurutnya adalah karakter "Navajas" di filem "Desperado". Di luar dunia kerja layar lebar, salah satu penampilannya yang juga mendapat sambutan hangat adalah ketika terlibat dalam serial TV "Desperate Housewives" dimana ia berperan sebagai seorang tokoh berkarakter keras namun berhati lembut yang ditugaskan menjaga Gaby yang dimainkan oleh aktris keturunan Amerika Latin Eva Longoria atas perintah suaminya, Carlos.

Jadwalnya yang sangat sibuk sebagai seorang pekerja filem tidak membuatnya lupa akan lingkungan asalnya. Danny Trejo terus meluangkan waktu untuk mendatangi lembaga-lembaga konseling bagi pecandu narkoba dan pelaku kriminal. Hal ini telah membuat namanya direfer dengan penuh respek di kalangan aktor dan pekerja perfileman Hollywood. Iapun menjadi sosok yang dituakan bagi para pekerja filem berdarah Amerika Latin.

Di luar kehidupannya sebagai seorang aktor, Danny Trejo adalah seorang suami dan bapak yang diidolakan oleh keluarganya. Ia dikenal menerapkan asas demokrasi yang tinggi di rumah, sehingga anak-anaknya yang mulai berangkat dewasa diberi kebebasan untuk menentukan pilihan karir kesukaan masing-masing, ditunjukkannya dengan mendukung penuh salah satu puteranya yang memiliki hobby bermain musik dalam band punk "The Dead Reagan Tour".

Beberapa trivia tentang Danny Trejo :
1. Pemilik "Tattoo paling terkenal sedunia" versi majalah International Tattoo. Tattoo besar di dadanya (sering terlihat di film-filmnya) adalah gambar seorang wanita yang mengenakan topi sombrero diapit tulisan "Debbie" dan "Danielle", nama isteri dan anak gadisnya.
2. Satu-satunya aktor yang muncul dalam ketiga film "From Dusk 'til Down".
3. Pada pembuatan filem "From Dusk 'til Down" kesatu, salah satu pekerja filem tersebut terus memandanginya sejak pertemuan pertama, yang serta-merta memancing amarahnya. Ketika ia menghampiri orang itu dan menghardik, "What's your problem?!", orang itu malah balik bertanya dengan aksen Al Pacino dalam filem "Scarface", "Hey, ju gat a problem?". Orang itu adalah George Clooney. Mereka berkawan baik hingga sekarang.
4. Masih bertalian persepupuan dengan Robert Rodriguez.
5. Mendapatkan gelar aktor terbaik versi "New York International Independent Film Festival" untuk perannya dalam filem "Valley of Angels" (2007).
6. Salah satu nicknamenya adalah "The Major".
7. Terlibat sebagai aktor dalam filem yang tengah dalam penggarapan, al. "Machete" dan "Sin City 2".


With thanks to IMDb, Oyemag, Crave Online, Austin Daze, Rico Torres - Columbia Pictures.

Cerita Di Balik Lagu: #1

What's The Frequency, Kenneth? (R.E.M. - Monster - 1994)
- Withdrawal in disgust is not the same as apathy -


Bulan September 1994, R.E.M. mengeluarkan albumnya yang ke sembilan, berjudul Monster. Album ini langsung mendapatkan tanggapan yang cukup positif. Suatu pencapaian yang tidak mudah mengingat mega-sukses album sebelumnya, "Automatic for the People" pada tahun 1992.

Majalah Rolling Stone yang dalam review-nya memberikan 4 1/2 dari 5 bintang, memuji kemampuan band ini membawakan pesan-pesan yang "serius" dan "pahit" lewat artikulasi yang ringan dan fun, mewakili kemampuan bermusik secara lebih dewasa dibandingkan para musisi generasi setelahnya yang saat itu masih berjaya meneriakkan jatidiri lewat genré grunge (Kurt Cobain meninggal dunia beberapa bulan sebelum "Monster" dirilis. Lagu "Let Me In" dari album ini secara khusus ditulis untuk almarhum).

Single pertama album ini berjudul "What's the Frequency, Kenneth?", yang dibuka dengan raungan gitar Peter Buck, kemudian ditimpali oleh vokal Michael Stipe yang terdengar renyah dan khas, padahal vokal Stipe dalam album ini diapresiasi oleh Rolling Stone sebagai "slipped back into the sonic murk, where it fights to be heard" (Sidewinder Sleeps Tonite, anyone?).

Kalimat yang menjadi judul lagu ini diilhami dari kata-kata yang diduga terucap pada sebuah peristiwa serangan fisik yang menimpa penyiar TV ternama stasiun CBS, Dan Rather, bulan Oktober 1986.

Sebagai seorang reporter papan atas, Dan Rather dikenal memiliki gaya dan ekspresi pelaporan yang unik dan terkadang kontroversial. Yang paling diingat diantaranya adalah sewaktu melakukan kickback ke arah Presiden Nixon dalam sebuah wawancara presidensial di Gedung Putih, gaya pelaporannya yang dicap terlalu vulgar dan sembrono dalam liputan peristiwa penembakan Presiden Kennedy, atau sewaktu tampil di layar kaca dengan mengenakan jubah gerilyawan Mujahidin dalam pelaporan serangan Uni Soviet ke Afghanistan. Di tempat yang memiliki masyarakat partisan seperti di A.S. pada dekade 70-80an, sosok macam Dan Rather sepertinya terlalu mudah dijadikan sebagai sasaran kebencian.

Suatu malam pada bulan Oktober 1986, ketika berjalan kaki ke arah apartemennya di area Park Avenue, Manhattan - NY, serangkaian pukulan dan tendangan beruntun dari arah belakang, disinyalir dilakukan oleh dua orang penyerang, membuatnya terjerembab ke tanah. Salah satu penyerang lalu membentak-bentaknya dengan kalimat, "Kenneth, what is the frequency?", sambil terus memukuli penyiar malang itu.

Dalam keterangannya kepada polisi, Rather menjelaskan bahwa kejadian itu kemungkinan hanyalah peristiwa vandalisme biasa yang dilakukan secara acak. Ia mengaku tidak mengenal pelaku dan motif penyerangannya. Kasus ini kemudian mengendap untuk beberapa lama tanpa berhasil terpecahkan, dan sempat menyebabkan berkembangnya spekulasi bahwa itu dilakukan oleh agen-agen dinas intelijen macam CIA atau bahkan bekas KGB.

Sampai dengan tahun 1997, ketika seorang kritikus TV pada suratkabar The NewYork Daily News mengklaim bahwa ia telah berhasil menemukan jawaban misteri peristiwa kekerasan terhadap reporter kondang Dan Rather yang belum pernah terpecahkan sepanjang 11 tahun belakangan. Menurut dia, pelakunya adalah seorang psycho bernama William Tager. Pada saat gambar tertuduh ditunjukan kepada Dan Rather, iapun serta-merta membenarkannya sebagai salah satu pelaku serangan itu.

William Tager hingga saat ini masih menjalani hukuman penjara selama 25 tahun akibat pembunuhan terhadap seorang kru TV NBC di bulan Agustus 1994. Ia diduga menderita gangguan kejiwaan yang akut. Ia seringkali berasumsi bahwa stasiun-stasiun TV diutus untuk mengawasinya dan mereka mengirimkan sinyal-sinyal khusus ke kepalanya. Hal inilah yang diperkirakan menginspirasi serangan atas Dan Rather tersebut. Selain itu, pernah beredar isu bahwa nama sandi CIA untuk Rather saat dikirim ke Vietnam adalah "Kenneth".

Namun demikian, Willliam Tager tidak pernah diadili atas tuduhan serangan terhadap reporter terkenal Amerika itu. Rupanya Dan Rather sendiri berusaha untuk melupakan peristiwa tersebut secepatnya, hingga tidak diadakan penyidikan lanjutan atas kasus tersebut.


Beberapa info lainnya :

1) R.E.M. bukan satu-satunya yang terinspirasi menulis lagu atas peristiwa ini. Game Theory juga pernah mengeluarkan single berjudul "Kenneth, What's the Frequency?" pada tahun 1987.
2) Kalimat itu sering dipakai untuk mengejek seseorang yang lagi blank atau kehilangan arah.
3) Tahun 1994, Dan Rather bersedia naik panggung bersama R.E.M. untuk sajian musik secara live dalam sebuah selingan acara TV bersama David Letterman, dan turut menyanyikan "What's the Frequency, Kenneth?".

dari Wiki, Answer, RS, website resmi R.E.M.,
whoateallthecupcakes, radio paradise, dan sumber lainnya.


F O R E W O R D

Stoopid Mo - Fo? Sadomasochist Freak? Na'ah. Not even close. The three letters here, each stands for "Sepakbola - Musik - Film", or "Soccer - Music - Film" in case you don't get the hint. The information presented are food for thought for knowledge seekers who always want to dig deeper on the subjects, and also for those practicing the language in use (sorry, no alternate lingo available for now!). Please keep in mind that to make the site accessible to the fullest, you are obliged to trust that blabbering on the three holy subjects will bring the chance of you getting laid quicker and easier than political chit-chatting of any kinds, at any days. Unconditionally yours, SMF (the goalie, the drummer, the porn stud)

About S-M-F

- a goalie - a drummer - a porn star & director